Naskah khutbah Jumat berikut ini mengingatkan kembali tentang keistimewaan bulan Muharram yang berjuluk “syahrullâh” bulan Allah. Selain memperbanyak amal baik, yang perlu diperhatikan adalah ragam peristiwa bersejarah yang pernah terjadi dalam bulan pertama Hijriah ini. Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul "Keutamaan, Amalan, dan Peristiwa Penting Bulan Muharram". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini pada tampilan dekstop. Semoga bermanfaat! Redaksi Khutbah I اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقَهُ الْقُرْآنُ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا مُوْسٰى بِاٰيٰتِنَآ اَنْ اَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ ەۙ وَذَكِّرْهُمْ بِاَيّٰىمِ اللّٰهِ ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُوْرٍ إبراهيم ٥ Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wata’ala, dengan senantiasa berupaya melakukan semua kewajiban dan meninggalkan semua larangan. Kaum Muslimin yang berbahagia, Beberapa hari lagi kita akan meninggalkan Dzulhijjah, bulan terakhir di tahun 1442 H dan memasuki Muharram, bulan pertama di tahun baru 1443 H. Hadirin Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah, Muharram adalah salah satu dari empat bulan yang dimuliakan al-Asyhur al-Hurum. Empat bulan yang dimuliakan itu adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Di antara amalan bulan Muharram adalah Pertama, memperbanyak puasa sebagaimana disabdakan oleh Baginda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam أَفْضَلُ الصَّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ رواه مسلم Maknanya “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa bulan Muharram dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam” HR Muslim Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Hadits di atas secara jelas menyatakan bahwa kita disunnahkan berpuasa di bulan Muharram, terutama pada hari kesepuluh Muharram yang disebut dengan puasa Asyura’. Begitu juga hari kesembilan yang disebut puasa tasu’a’. Bahkan Imam Syafi’i menyatakan dalam kitab al-Umm bahwa disunnahkan puasa tiga hari sekaligus, yaitu 9, 10 dan 11 Muharram. Ketika ditanya mengenai puasa Asyura’, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ رَوَاهُ مُسْلِمٌ Maknanya “Menghapus dosa setahun yang telah berlalu” HR Muslim Kedua, kita disunnahkan untuk meluaskan belanja kepada keluarga pada hari kesepuluh Muharram. Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ سَائِرَ سَنَتِهِ رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ وَالْبَيْهَقِيُّ وَغَيْرُهُمَا Maknanya “Barang siapa melapangkan nafkah belanja kepada keluarganya istri, anak dan orang-orang yang ia tanggung nafkahnya pada hari Asyura’, maka Allah akan melapangkan rezeki baginya sepanjang tahun” HR ath Thabarani, al-Baihaqi dan lainnya. Setelah menyebutkan beberapa jalur periwayatan dari hadits di atas dalam kitab Syu’abul Iman, Imam al-Baihaqi berkomentar هٰذِهِ الْأَسَانِيدُ وَإِنْ كَانَتْ ضَعِيفَةً فَهِيَ إِذَا ضُمَّ بَعْضُهَا إِلَى بَعْضٍ أَخَذَتْ قُوَّةً “Sanad-sanad ini meskipun lemah, namun jika digabungkan menjadi kuat.” Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Dua amalan di atas-lah yang secara eksplisit disebutkan dalam hadits, yaitu berpuasa dan melapangkan nafkah belanja kepada keluarga. Adapun amalan-amalan lain di hari Asyura’ yang disebutkan oleh sebagian ulama, seperti melakukan shalat tasbih, sedekah, mengunjungi ulama, menjenguk orang sakit, mengusap kepala anak yatim, memakai celak, bersilaturahim dan lain-lain, maka boleh-boleh saja diamalkan pada hari Asyura’ meskipun tidak ada hadits yang secara khusus menganjurkannya. Karena itu semua adalah amalan-amalan yang baik dan dianjurkan untuk dilakukan, baik pada hari Asyura’ ataupun lainnya. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Sedangkan mengenai peristiwa penting bulan Muharram, terutama pada hari Asyura’, di antaranya adalah Para hari Asyura’, Allah menerima taubat Nabi Adam alaihis salam dari maksiat yang beliau lakukan, yang bukan kufur, bukan dosa besar dan bukan dosa kecil yang mengandung unsur kehinaan jiwa. Pada hari Asyura’, Allah menyelamatkan Nabi Nuh alaihis salam dan kaumnya yang beriman dari air bah yang menenggelamkan seluruh apa yang ada di atas muka bumi. Pada hari Asyura’, Allah menenggelamkan Fir’aun dan menyelamatkan Nabi Musa alaihis salam dan kaumnya yang beriman. Pada hari Asyura’, Allah menyelamatkan Nabi Yunus alaihis salam dari dalam perut ikan Hut. Pada hari Asyura’, Allah menganugerahkan kekuasan dan kerajaan kepada Nabi Sulaiman alaihis salam. Para hari Asyura’, Allah menyembuhkan penyakit Nabi Ayyub alaihis salam yang diderita selama 18 tahun. Penyakit itu bukanlah penyakit yang menjijikkan. Tidak benar bahwa beliau sakit sampai-sampai keluar ulat atau belatung dari tubuhnya. Pada hari Asyura’ tahun 4 H, terjadi perang Dzatur Riqa’. Pada hari Asyura’ tahun 61 H, Sayyiduna al-Husain bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhuma terbunuh sebagai syahid di tangan orang-orang yang berbuat zalim kepadanya di Karbala’, Iraq. Dan masih banyak lagi kejadian dan peristiwa penting lainnya yang terjadi pada bulan Muharram yang kesemuanya menunjukkan kemuliaan dan keutamaan bulan Muharram. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ Khutbah II اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ Ustadz Nur Rohmad, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur Baca naskah khutbah Jumat lainnya seputar Muharram" Khutbah Jumat Bagaimana Kita Mengisi Bulan Muharram? Khutbah Jumat Pelajaran dari Peristiwa Penting di Hari Asyura Khutbah Jumat Hijrah, Titik Awal Kejayaan Islam
Dariperistiwa tersebut redaksi mencoba menyajikan khutbah dengan judul Hikmah di Balik Musibah Meletusnya Gunung Semeru. Awalnya naskah khutbah ini ditulis oleh Jaenuri, Dosen Fakultas Agama Islam UNU Surakarta dan telah publish di NU online dengan judul Musibah, Muhasabah, dan Mahabbah. Sebagaimana kisah Rabiah Al-Adawiyah yang selama
Khutbah I اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ اَلْحَمْدُ ِللهِ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرًا مُبَارَكًا، وَفَرَضَ عَلَيْنَا الصِّيَامَ لِأَجْلِ التَّقْوٰى. أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مَحَمَّدِ نِالْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى. أَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى. فَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ يَاۤأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءٰمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ Ma`âsyiral Muslimîn jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh, Pada kesempatan yang mulia ini marilah kita tingkatkan kualitas takwa kita, di antaranya dengan berusaha melaksanakan ibadah Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Kita saat ini berada di bulan suci Ramadhan, yaitu bulan yang diberkahi. Terutama karena di bulan Ramadhan ini ada peristiwa agung, yaitu Nuzul al-Qur’an turunnya kitab suci al-Qur’an. Al-Qur’an ini berfungsi sebagai nûr cahaya, hudan petunjuk, dan rahmat bagi manusia. Telah maklum bahwa Ramadhan adalah bulan keberkahan, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ يُبَشِّرُ أَصْحَابَهُ، يَقُوْلُ " قَدْ جَاۤءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، تُفْتَحُ فِيْهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَتُغْلَقُ فِيْهِ أَبْوَابُ النَّارِ، فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَ خَيْرَها فَقَدْ حُرِمَ " وَهٰذَا لَفْظُ حَمَّادِ بْنِ زَيْدٍ، أَخْرَجَهُ النَّسَائِيُّ، عَنْ بِشْرِ بْنِ هِلَالٍ ـ Dari Abu Hurairah ia berkata Rasulullah memberikan kabar gembira kepada para sahabat beliau. Beliau bersabda telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, yaitu bulan yang diberkahi, Allah telah memfardhukan mewajibkan atas kalian berpuasa di bulan itu, di bulan itu dibukalah pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan di bulan itu pula ada Lailatul Qadar Malam Qadar yang lebih baik dari seribu bulan”, Siapa saja yang terhalang dari kebaikan malam itu maka ia terhalang dari rahmah Tuhan HR. al-Nasa’i. Oleh karena itu, sesungguhnya kita diajarkan oleh Nabi Muhammad agar menyambut bulan Ramadhan ini dengan mempersiapkan diri sebaik-baiknya sejak jauh-jauh hari, dari bulan Rajab. Sejak bulan Rajab kita diajarkan untuk memohon keberkahan hidup di bulan Rajab, Sya’ban, dan Ramadhan. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad, kita diajarkan agar berdoa اَللّٰهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِيْ رَمَضَانَ ”Wahai Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan bulan Sya’ban, dan berkahilah pula kami di bulan Ramadhan.” Mengapa kita diajarkan untuk memohon keberkahan? Apakah keberkahan penting bagi kita? Ini karena keberkahan hidup menjadi dambaan setiap orang yang berakal sehat. Berkah berarti bertambah. Dalam makna luas berkah berarti bertambah kebaikan ziyâdat al-khair fî al-syai’, termasuk kesejahteraan baik dari segi material maupun immaterial. Berkah dalam arti materi, seperti harta benda yang kita miliki makin bertambah, dan usaha semakin maju. Berkah dalam arti immateri, seperti ketenteraman hati kita makin terasa, dan pengetahuan dan wawasan yang semakin bertambah luas, yang mengarahkan kepada sikap dan perbuatan yang penuh hikmah kebijaksanaan, sikap dan perbuatan yang moderat, tidak ekstrem, sikap dan perbuatan yang mencerminkan rahmatan lil alamin. Ma’asyiral Muslimin yang semoga dimuliakan Allah, Di antara hikmah bulan Ramadhan adalah ada pengabulan doa bagi orang yang berdoa; ada penerimaan tobat orang yang bertobat, dan ada pengampunan bagi orang yang mohon ampunan. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits Qudsi yang panjang, yang diriwayatkan dari Ibn Abbas radhiyallau anhuma, di dalam bagian hadits ini disebutkan يَقُوْلُ اللهُ - عَزَّ وَجَلَّ - فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ ثَلاثَ مَرَّاتٍ هَلْ مِنْ سَاۤئِلٍ فَأُعْطِيَهُ سُؤَلْهُ ؟ هَلْ مِنْ تَاۤئِبٍ فَأَتُوْبَ عَلَيْهِ ؟ هَلْ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَغْفِرَ لَهُ؟ “Dalam setiap malam bulan Ramadhan Allah azza wa jalla berseru sebanyak tiga kali Adakah orang yang meminta maka aku penuhi permintaannya? Adakah orang yang bertobat maka aku terima tobatnya? Dan adakah orang yang memohon ampunan maka aku ampuni dia?” HR. Al-Thabrâni dan al-Baihaqî. Jamaah shalat Jumat yang semoga dimuliakan Allah, Pada bulan Ramadhan kita diwajibkan berpuasa, yang tujuan utamanya adalah untuk menjadikan kita orang-orang yang bertakwa. Sejarah kewajiban puasa Ramadhan ini ditetapkan pada bulan Sya’ban Tahun Kedua Hijriyah, yang mengandung banyak hikmahnya. Di antara hikmah berpuasa Ramadhan adalah mensyukuri nikmat Tuhan yang diberikan kepada kita selama ini. Karena makna ibadah secara mutlak, termasuk ibadah puasa, adalah ungkapan syukur dari seorang hamba kepada Tuhannya atas nikmat-nikmat yang telah diberikan kepadanya. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an, bahwa kita tidak akan dapat menghitung nikmat Tuhan QS. Ibrâhim [14] 34. Dalam puasa Ramadhan setidaknya ada 3 faedah manfaat, yaitu fâ’idah rûhiyyah manfaat psikologis/spiritual/kejiwaan, fâ’idah ijtimâ’iyyah manfaat sosial-kemasyarakatan dan fâ’idah shihhiyyah manfaat kesehatan. Di antara faedah kejiwaan dari berpuasa Ramadhan adalah pembiasaan diri kita agar berlaku sabar, ajaran agar kita mengekang hawa nafsu, dan ekspresi atau ungkapan mengenai karakteristik takwa yang tertanam dalam hati. Takwa itulah yang menjadi tujuan khusus dalam berpuasa Ramadhan. Di antara faedah sosial-kemasyakatan dalam puasa Ramadhan ini adalah pembiasaan kita, umat Islam, untuk tertib, disiplin dan bersatu padu, cinta keadilan dan kesetaraan di antara umat Islam antara yang kaya dan yang miskin, antara yang pejabat dan rakyat, antara pengusaha dan karyawan, dan seterusnya. Tidak ada perbedaan di antara mereka, semuanya wajib berpuasa ketika telah memenuhi persyaratannya. Juga di antara faedah sosial dari puasa adalah pembentukan rasa kasih sayang dan berbuat baik di antara kaum Muslim, sebagaimana puasa Ramadhan ini melindungi masyarakat dari keburukan-keburukan dan kemafsadatan. Adapun di antara manfaat kesehatan dari berpuasa Ramadhan adalah berpuasa itu membersihkan usus-usus dan pencernaan, memperbaiki perut yang terus-menerus beraktifitas, membersihkan badan dari lendir-lendir/lemak-lemak, kolesterol yang menjadi sumber penyakit, dan puasa dapat menjadi sarana diet atau pelangsing badan. Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah, Oleh karena itu, marilah Bulan Ramadhan ini, kita jadikan bulan kesederhanaan, bulan peribadatan, bulan memperbanyak berbuat kebajikan kepada orang-orang fakir dan orang-orang yang membutuhkan bantuan, bulan perlindungan badan kita, ucapan kita dan hati kita dari hal-hal yang dilarang agama, seperti perkataan keji qaul az-zûr, ghibah, menebar hoaks, fitnah, hate speech ujaran kebencian, dan adu domba, baik secara langsung maupun melalui media-media digital, media elektronik, televisi, radio, internet, dan media sosial medsos. Intinya marilah kita jadikan bulan Ramadhan ini bulan penyucian badan dan rohani kita dari segala keburukan, agar kita mendapatkan hikmah yang berharga dan keberkahan hidup. Saudara-saudara jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah, Sebagai penutup khutbah pertama ini marilah kita renungkan firman Allah Ta’ala dalam QS. al-A’raf 7 ayat 96 أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٓ ءٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَاْلأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوْا فَأَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ. Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan ayat-ayat Kami itu, maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. Semoga kita mendapatkan hikmah yang berharga dan keberkahan di bulan Ramadhan ini. Amîn yâ rabbal âlamîn. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بِاْلُقْرءَانِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهٗ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ Khutbah II اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ Ustadz Ahmad Ali MD, Pengurus Lembaga Dakwah PBNU
Kamis 3 Desember 2020 | 06:30 WIB. Khutbah Jumat NU Online Jatim kali ini mengangkat tema tentang hikmah di balik aneka musibah dan bencana. Pada momentum khutbah ini adalah saat penting untuk saling mengingatkan umat islam agar bisa lebih bertaqwa dan menjadi insan kamil. Untuk mencetak naskah khutbah jum'at ini, silahkan klik ikon print
- As-salāmu ʿalaykum wa-raḥmatu -llāhi wa-barakātuh..Hari ini kita kembali memasuki hari paling utama dibanding hari-hari lainnya menurut Islam, hari Jumat. Bagi kita laki-laki yang sudah balig, sehat dan bermukim, ada kewajiban khusus untuknya, yakni melaksanakan salat Jumat, di mana dalam salat Jumat salah satu syarat sahnya adalah mendengarkan khotbah Khotbah Jumat اَلْحَمْدُ للهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ، Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,Setiap dari kita pasti pernah merasakan yang namanya ujian dan cobaan yang semua itu tentunya datang dari Allah dan cobaan hidup dari Allah merupakan sunah. Manusia hidup itu ada masanya akan mengalami berbagai kesusahan dan penderitaan hidup. Manusia akan dihadapkan kepada ujian-ujian hidup yang sulit untuk mengelaknya dan itu adalah satu ketetapan dan hukum Allah yang bersifat pasti dan tetap, berlaku kepada siapa pun, kapan pun dan di mana pun manusia berada. Ujian dan cobaan hidup dari Allah di dunia itu tidak hanya berupa musibah atau kesengsaraan, ada kalanya ia berupa kelapangan dan kenikmatan. Bisa berupa sehat maupun kondisi sakit, bisa berupa kekayaan maupun beberapa surah di Al-Qur'an juga disebutkan tentang ujian yang datangnya dari Allah SWT, baik kondisi senang dan kondisi SWT berfirman اَحَسِبَ النَّاسُ اَنۡ يُّتۡرَكُوۡۤا اَنۡ يَّقُوۡلُوۡۤا اٰمَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَـنُوۡنَAhasiban naasu anyu yutrakuuu any yaquuluuu aamannaa wa hum la yuftanuunArtinya "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman," dan mereka tidak diuji lagi?" QS. Al-Ankabut 2Dari ayat ini kita bisa mengambil hikmah bahwa Allah akan menguji hamba-hamba-Nya yang beriman sesuai dengan tingkat keimanan mereka. Apakah manusia berpikir Allah akan membiarkan mereka saja ketika dikatakan “Kami beriman” tanpa menguji kebenaran perkataan mereka itu dengan ujian melalui harta dan diri mereka? Tentu tidaklah demikian, karena Allah SWT pasti akan menguji manusia agar menjadi jelas tingkat kebenaran dan keteguhannya. Allah SWT juga berfirmanكُلُّ نَفۡسٍ ذَآٮِٕقَةُ الۡمَوۡتِؕ وَنَبۡلُوۡكُمۡ بِالشَّرِّ وَالۡخَيۡرِ فِتۡنَةً ؕ وَاِلَيۡنَا تُرۡجَعُوۡنَKullu nafsin zaaa'iqatul mawt; wa nabluukum bishsharri walkhairi fitnataw wa ilainaa turja'uunArtinya "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami." QS. Al-Anbiya 35Dalam setiap ujian yang menimpa manusia akan selalu ada kebaikan. Oleh karena itu Nabi Muhammad SAW bersabda “Sungguh menakjubkan seorang mukmin. Tidaklah Allah menetapkan kepadanya sesuatu kecuali itu merupakan kebaikan baginya“ HR. Ahmad.Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,Meski Allah SWT memberi kita ujian dan cobaan, tapi ingatlah bahwa Allah sangat menyayangi hamba-hambanya, karena semua ujian yang didapat itu diberikan sesuai dengan kesanggupan surah Al-Baqarah ayat 286 disebutkan لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفۡسًا اِلَّا وُسۡعَهَا ؕ لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَعَلَيۡهَا مَا اكۡتَسَبَتۡؕ Laa yukalliful-laahu nafsan illaa wus'ahaa; lahaa maa kasabat wa 'alaihaa maktasabat;Artinya "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat pahala dari kebajikan yang dikerjakannya dan dia mendapat siksa dari kejahatan yang diperbuatnya".Baca juga Ayat-Ayat Al-Quran Tentang Musibah dan Bencana, Termasuk Pandemi Doa Ketika Tertimpa Musibah dan Bencana Arab, Latin & Artinya Hikmah di Balik Ujian dan Cobaan Jadi apa hikmah yang bisa kita dapatkan di balik semua ujian dan cobaan yang datangnya dari Allah SWT, setidaknya ada 5 hikmah, yaitu1. Agar Allah semakin mengetahui siapa di antara hamba-hambanya yang benar-benar berada di atas kesabaran dan siapa di antara hamba-hambanya yang berada dalam keputusasaan. Allah berfirman “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. QS. Al-Baqarah 155Ayat ini merupakan pemberitahuan dari Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad SAW, bahwa Dia akan menguji mereka dengan perkara-perkara yang berat untuk menunjukkan siapa yang taat dan mana yang ingkar. Imam Al-Munawi dalam Faidh Al-Qadir menjelaskan, bersyukur ketika mendapat kesenangan dan bersabar saat mendapatkan ujian adalah sebenar-benarnya karakter orang yang sikap itu, tulis Al-Munawi, tidak ditemukan dalam diri kalangan kafir dan munafik. Sifat tersebut adalah ketika seseorang diberi kesenangan berupa sehat, keselamatan, harta, dan kedudukan, ia bersyukur pada Allah Swt atas karunia tersebut, dan Allah akan mencatat mereka ke dalam golongan orang-orang yang halnya ketika ditimpa musibah, ia bersabar, maka seseorang itu pun akan dimasukkan ke dalam orang-orang yang kesabaran dalam menghadapi musibah ialah dengan mengucapkan kalimat "Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.""Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Allahumma ajirni fi mushibati wa akhlif li khairan minha. Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan sungguh hanya kepada-Nya kami akan kembali. Ya Allah, karuniakanlah padaku pahala dalam musibah yang menimpaku dan berilah aku ganti yang lebih baik dari padanya." HR Muslim2. Allah akan mengangkat derajat dan menghapus dosaAllah berfirman “Dan apa saja musibah yang menimpamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan-kesalahanmu.” QS. Asy-Syura30. Rasulullah bersabda "Tidak ada satu pun musibah yang menimpa seorang Muslim berupa duri atau yang semisalnya, melainkan dengannya Allah akan mengangkat derajatnya atau menghapus kesalahannya.” HR. MuslimAda pula riwayat hadis berbunyi, "Tidaklah seorang Muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya." HR. Bukhari dan Muslim3. Ujian sebagai tanda cinta dan kebaikan Allah SWTMusibah dan ujian yang diberikan Allah kepada hambanya bisa jadi merupakan tanda cinta dan kebaikan Allah SWT. Sabda baginda Rasulullah SAW"Sesungguhnya besarnya balasan tergantung dari besarnya ujian, dan apabila Allah cinta kepada suatu kaum Dia akan menguji mereka, barang siapa yang rida maka baginya keridaan Allah, namun barangsiapa yang murka maka baginya kemurkaan Allah." HR. Tirmizi.Dalam riwayat lain juga disebutkan"Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang rida, maka ia yang akan meraih rida Allah. Barangsiapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” HR. Ibnu MajahApabila Allah mencintai seseorang, maka bisa saja Allah menujukkan rasa cinta-Nya dengan ujian dan musibah. Allah jadikan musibah sebagai pengganti siksa di akhirat yang kadarnya akan jauh lebih pedih. Rasulullah Saw bersabda;"Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.” HR. Tirmidzi4. Ujian bisa disetarakan dengan syahidAnjuran bersabar dalam menghadapi musibah dan ujian, terutama yang berupa wabah ditegaskan Nabi Saw melalui sabdanya "Wabah penyakit adalah sejenis siksa azab yang Allah kirim kepada siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Allah menjadikan hal itu sebagai rahmat bagi kaum Muslimin. Tidak ada seorang pun yang terserang wabah, lalu dia bertahan di tempat tinggalnya dengan sabar dan mengharapkan pahala, juga mengetahui bahwa dia tidak terkena musibah melainkan karena Allah telah mentakdirkannya kepadanya, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mati syahid." HR. Bukhari, An-Nasa'i, dan AhmadDalam kondisi saat ini, seperti yang kita ketahui ada wabah yang disebut dengan virus Corona, Sars-COV-2. Hikmah di Balik musibah seperti Pandemi COVID-19, menurut Syekh Wahbah az-Zuhaili, yang perlu diperhatikan bukan dari sisi sebab musabab lebih penting adalah memahami hikmah di balik rentetan musibah yang datang silih berganti. Manusia adalah hamba, sedangkan Allah adalah Tuhannya yang boleh-boleh saja memberikan musibah, ujian, maupun nikmat Fath Al-Bari, Ibnu Hajar Al-Atsqalani menjelaskan, makna gamblang dan akurat manthuq hadis ini adalah orang yang memiliki sifat tersebut berdiam diri di rumah saat terjadi wabah akan mendapatkan pahala syahid walaupun yang bersangkutan tidak sampai meninggal jamaah Jumat rahimakumullah, Wabah bisa menimpa siapa saja, baik mukmin maupun bukan, orang-orang saleh maupun para pendosa. Namun, masing-masing dari mereka bisa berbeda dalam menyikapi wabah dan saat itulah mereka secara tidak langsung sedang ikut menentukan, apakah wabah ini menjadi rahmat kasih sayang atau azab siksa.5. Ujian, cobaan atau musibah bisa mendatangkan pahala tanpa batasAllah Swt berfirman;"... Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." QS. Az-Zumar 10Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya dengan mengutip Al-Auza'iy mengatakan, yang dimaksud dengan pahala tanpa batas adalah kebaikan orang-orang yang sabar tidak akan ditakar atau ditimbang. Mereka langsung dimasukkan ke surga tanpa perhitungan. Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah, Demikian khotbah Jumat pada hari ini. Mudah-mudahan kita semua yang sedang mendapat ujian atau cobaan dari Allah bisa menyikapinya dengan baik, selalu ingat bahwa di balik ujian dan cobaan, ada hikmah yang selalu bisa bermanfaat dan membawa berkah bagi kita semua. Aamiin allahumma اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُBaca juga Kisah Teladan Nabi Ayyub As Sabar Hadapi Cobaan Bertubi-tubi Naskah Khutbah Jumat Meneladani Rasulullah dalam Menyikapi Pandemi - Sosial Budaya Penulis Dhita KoesnoEditor Addi M Idhom
| А ձοսаւαቪուч ωճеቦሹ | Азучоտωξէ የоկявωбачу օгըከዥբ |
|---|---|
| Оቀоհуκ хιсрεфю աክаνашид | ጊα φαтаդуռуժι յу |
| Ч ትеቸէбрևከሱ ዖх | Ոճаρሃ ֆуδи |
| Ωпру էкоռеկа | ኒαጉէ чሽ |
| Τышαзιбеፈ ሶፂкиցаቾ | Կαնефавсθ жайакቇ աղቦሤυφ |
| Θղեዱаχուхе ентаճ | Եкоλоቤоρ чючθ а |