BeritaTerkini dan Terupdate Bandung Contemporary Art Award
Jakarta - Bandung Contemporary Art Awards 5 BaCAA kembali diselenggarakan tahun ini. Kompetisi seni rupa yang diprakarsai oleh ArtSociates dan Lawangwangi Creative Space itu bakal meramaikan dunia seni rupa Indonesia. "Kompetisi ini bertujuan untuk merangsang perkembangan seni rupa kontemporer dengan meningkatkan partisipasi seniman muda di kancah seni rupa lokal maupun internasional," tulis siaran pers yang diterima detikHOT, Kamis 28/9/2017. Sejak 2010 silam, Bandung Contemporary Art Awards telah mempromosikan seniman muda yang berhasil lolos seleksi. Di antaranya adalah Eddy Susanto, Mujahidin Nurrahman, Octora Chan, Bagus Pandega, Syaiful Garibaldi, Erwin Windu Pranata, Aliansyah Caniago, dan banyak lagi. Di tahun kelima penyelenggaraan, kompetisi ini telah menerima sekitar 400 submisi dari seniman muda yang usianya di bawah 35 tahun. Setelah diseleksi bersama tiga juri lokal dan juri internasional akhirnya terpilihlah 15 nama. Para juri yang menyeleksi adalah Agung Hujatnikajennong, Carla Bianpoen, Wiyu Wahono, Susan Baik dari Amerika dan Valentine Willie asal Malaysia. Nantinya tiga seniman terbaik akan menerima uang tunai sebesar Rp 100 juta, residensi seni di Intermondes, La Rochelle, Perancis, dan hadiah art trip ke pusat seni rupa internasional. Malam penanugerahan dan pembukaan pameran 15 finalis berlangsung di Lawangwangi Art and Science Estate pada Kamis mendatang 5/10 pukul WIB. Berikut 15 nama seniman muda yang berhasil lolos di Bandung Contemporary Art Awards 5 1. Abshar Platisza2. Andrita Yuniza Orbandi3. Cynthia Delaney Suwito4. Deni Ramdani5. Etza Meisyara6. Geugeut Pangestu Sukandawinata7. Kelvin Atmadibrata8. Mohamad Sabil H9. Ratu Rizkitasari Saraswati10. Rendy Raka Pramudya11. Restu Taufik Akbar12. Ricky Janitra13. Sarita Ibnoe14. Tara Astari Kasenda15. Yovista Ahtajida tia/doc Award 2017 Finalist UOB Painting of the year 2017. 2011 Finalist Bandung Contemporary Art Award. 2006 First Runner Up Trienal Seni Grafis Indonesia. 2003 Winner Trienal Seni Grafis Indonesia. 1999 Best Printmaking Lustrum ISI III Yogyakarta. 1998 Award for best printmaking in Pameran Seni Rupa Refleksi zaman. Tags: painting, prints. ATURAN MAIN Bandung Contemporary Art Awards 2017 DAFTAR ISI Pemenang & Penghargaan - 2 Persyaratan Peserta - 3 Tema - 4 Prosedur Pendaftaran - 5 Persyaratan Kekaryaan - 6 Tahapan Penjurian - 7 Tanggal Penting - 8 Penjualan & Lelang Karya - 9 Kontak Panitia BaCAA 5 Lawangwangi Creative Space Jl. Dago Giri 99 Mekarwangi Bandung, 40391 â Indonesia +62 22 250 4065 +62 859 5657 2344 [email protected] Pemenang & Penghargaan Tiga 3 seniman dengan seniman terbaik, mendapatkan 1. Satu seniman terbaik akan mendapatkan uang tunai sebesar Rp. 2. Satu seniman terbaik akan mendapatkan satu 1 kesempatan program residensi ke luar negeri selama 3 tiga bulan di tahun 2018. Hadiah program residensi seniman ini mencakup biaya ⢠tiket pesawat pulang-pergi dan penginapan, ⢠biaya hidup, ⢠biaya material produksi kekaryaan dalam jumlah yang masuk akal, dan ⢠biaya untuk pameran tunggal sebagai hasil akhir program residensi. 3. Satu seniman terbaik lainnya mendapatkan kesempatan Art Trip di tahun 2018. Hadiah program Art Trip mencakup ⢠biaya tiket pesawat pulang-pergi, ⢠akomodasi 1 minggu, ⢠uang saku sebesar 1000 USD. Persyaratan Peserta 1. Seniman muda Indonesia baik individual maupun kelompok yang aktif berkarya sebagai perupa. 2. Mempunyai pengalaman berpameran baik itu kelompok/tunggal dalam tiga 3 tahun terakhir. 3. Usia maksimal seniman 40 tahun per Desember 2017. 4. Memenuhi persyaratan aplikasi pendaftaran berupa ⢠isian formulir yang disediakan, ⢠lampiran Foto/Video karya seni yang diikutsertakan, ⢠konsep karya, ⢠foto diri, profil singkat dan CV seniman. 5. Menyetujui tahapan dan aturan main penganugerahan seni BaCAA5 yang berlaku. Tema BaCAA 5 tidak menetapkan tema khusus untuk karya-karya yang disertakan. Target kekaryaan yang terpilih adalah karya yang mempunyai ide, konsep/deskripsi, produksi teknis karya yang baik dan berkaitan sangat kuat antara konsep dan hasil akhir kekaryaannya. Prosedur Pendaftaran Batas Registrasi & Submisi Karya 12 Agustus 2017, 2359. Mohon diingat bahwa proses konfirmasi pembayaran membutuhkan waktu hingga 5 hari. Disarankan peserta mendaftar dan melakukan pembayaran seminggu sebelum penutupan. 1. Setelah melakukan pendaftaran, peserta membayar biaya pendaftaran sebesar Rp. atau Rp. seniman. 2. Setelah melakukan pembayaran via transfer rekening bank, peserta wajib mengunggah bukti transfer secepatnya pada situs untuk diaktifkan akunnya setelah dikonfirmasi oleh panitia. Verifikasi dapat memakan waktu hingga 5 hari. 3. Setelah akun aktif, peserta wajib mengunggah ⢠lampiran Foto/Video karya seni, ⢠konsep karya, ⢠foto diri, profil singkat dan CV seniman. 4. Peserta dapat mengubah lampiran persyaratan sebelum 12 Agustus 2017. Persyaratan Kekaryaan 1. Karya seni minimal dibuat diantara tahun 2015 sampai dengan Februari 2017. 2. Karya-karya seni ini dimiliki oleh sang seniman atau kelompok seniman dan bersedia untuk dijual. 3. Setiap seniman atau kelompok diizinkan mengirimkan paling banyak satu 1 karya. 4. Karya 2 dimensi dimensi maksimal 6m2 contoh 2x3m; 1,2x5m; 4x1,5m. 5. Karya 3 dimensi dimensi maksimal 3m3 contoh 3x2x1m; 3x2x1,5m. 6. Karya video durasi tak melebihi 10 menit. 7. Karya instalasi seni maupun peruntukan di ruang publik ukuran maksimum tidak lebih dari 3m3 3x3x3m. 8. Setiap karya harus dikemas dalam peti yang aman untuk keselamatan pengirimannya. 9. Khusus untuk keterangan foto karya, harap diberikan keterangan foto ânama-seniman_judul-karya_tahun_medium_tinggixlebar/tinggixlebarxdalamâ Contoh Nur-Hayati_Memorabilia1_Instalasi-Media-Campur_ 2014_2mx1mx20cm. 10. Apabila karya video perlu ditambahkan lampiran foto/still image dari karya video tersebut dengan keterangan karya. Contoh penamaan Asep-Jaya_Family-Portra 11. Deskripsi/gambaran singkat karya maksimal 300 kata, menjelaskan konsep, latar belakang dan teknis pembuatan karya tersebut. Tahapan Penjurian ⢠Pemilihan Semi-Finalis. Dari seluruh karya yang diterima dari pendaftaran online, Dewan Juri akan memilih sebanyak-banyaknya tiga puluh 30 peserta untuk masuk pada tahap Semi-Finalis. 30 Semi-Finalis diwajibkan mengirimkan karya untuk tahap penjurian selanjutnya sebelum tanggal 12 September 2017 ke Panitia BaCAA 5 Lawangwangi Creative Space Jl. Dago Giri no. 99 Mekarwangi Kab. Bandung 40391 ⢠Pemilihan Finalis. 30 karya yang telah diterima oleh panitia BaCAA 5 akan dinilai oleh Dewan Juri untuk memilih 15 orang finalis. 15 karya finalis terpilih akan dipamerkan di Lawangwangi Creative Space, Bandung, pada 5 Oktober-5 November 2017. ⢠Pengumuman Pemenang. 3 orang finalis terbaik akan diumumkan pada pembukaan pameran pada tanggal 5 Oktober 2017, bersamaan dengan pembukaan pameran finalis BaCAA 5. Tanggal Penting ⢠Batas Registrasi, Pembayaran dan Submisi Karya 12 Agustus 2017 ⢠Pemilihan 30 Semi-Finalis 18-28 Agustus 2017 ⢠Pengumuman 30 Semi-Finalis* 30 31 Agustus 2017 ⢠Pemilihan 15 Finalis 18-20 September 2017 ⢠Pengumuman 15 Finalis* 22 September 2017 ⢠Malam Penghargaan/Pembukaan Pameran 5 Oktober 2017 ⢠Pameran 5 Oktober-5 November 2017 *Semi-Finalis dan Finalis akan diumumkan melalui e-mail, social media, media partner dan website resmi BaCAA. Penjualan & Lelang Karya Ke-15 karya seni Finalis akan dijual dengan sistem lelang tertutup, dimana calon pembeli atau kolektor akan memberikan harga pada setiap karya yang ingin dibelinya sesuai harga kisaran yang telah ditentukan. Kisaran harga karya diketahui dan disepakati sebelumnya oleh finalis. Setiap finalis diberikan surat kontrak kerjasama pameran/proyek sebanyak maksimal 3 kali baik pameran/proyek tunggal maupun bersama dengan Artsociates ataupun Lawangwangi Creative Space. Kontrak ini berlaku dalam jangka waktu 5 tahun. Bagi hasil seniman dan penyelenggara sebesar 5050. Seniman mendapatkan 50% dari hasil penjualan melalui lelang, penyelenggara mendapatkan 50% yang akan dimasukkan dalam dana sumbangan endowment fund yang didedikasikan untuk keberlangsungan penyelenggaraan BaCAA selanjutnya. hasreceived the New Face Award at the 20th Japan Media Arts Festival in 2017. Exhibitions include the solo show "Observing Forest" (zarya contemporary art center, Vladivostok, 2017), "The Day After Yesterday" (TARO NASU, Tokyo, 2015), and the group exhibition "Aichi Triennale 2019", "Roppongi Crossing 2019: Connexions" (Mori Art Museum, Tokyo Member / BandBestKeyboardist - News Music Awards [2001] Best Instrumental Song : " Reborn " - 5th AMI Awards [2001] Best Jazz/Contemporary Jazz Album - producer : " Andien - Kinanti " - 6th AMI Awards [2002] Best Score/Soundtrack : " Rumah Ke Tujuh "- Festival Film Bandung [2003] Best Jazz/Contemporary Jazz Artist - 7th AMI Awards [2003]
Azizi Al Majid Art Education Comfortable with Ambiguity, 2019 Installation, 2 Channel Video, Objects, Books, Digital Print, 2 Sided Panel, and Plywood Azizi Al Majid Art Education Comfortable with Ambiguity Alternative View, 2019 Installation, 2 Channel Video, Objects, Books, Digital Print, 2 Sided Panel, and Plywood Azizi Al Majid Art Education Comfortable with Ambiguity Detail View 1, 2019 Installation, 2 Channel Video, Objects, Books, Digital Print, 2 Sided Panel, and Plywood Azizi Al Majid Art Education Comfortable with Ambiguity Detail View 2, 2019 Installation, 2 Channel Video, Objects, Books, Digital Print, 2 Sided Panel, and Plywood Azizi Al Majid Art Education Comfortable with Ambiguity Detail View 3, 2019 Installation, 2 Channel Video, Objects, Books, Digital Print, 2 Sided Panel, and Plywood Moch. Krismon Ariwijaya Berbayang-bayang , 2019 Petromax lamp, electrical component, acrylic on wall. mixed media I Wayan Piki Suyersa Black and White, 2019 Resin on Faux Fur 150 x 200 Mira Rizki Coba Lagi Installation View 1, 2019 Video and Audio, 7 Channel Ephraim Tan Dalem Kaum 82A, 2018 21 Channel Video Loop Ephraim Tan Dalem Kaum 82A Alternative view, 2018 21 Channels, Video Loop Vincent A. S. Rumahloine Don't Call Me Hero Soegeng Soejono, 2019 Photo Collage, Photo Installation, Video Vincent A. S. Rumahloine Don't Call Me Hero Soegeng Soejono Installation View 1, Vincent A. S. Rumahloine Don't Call Me Hero Soegeng Soejono Installation View 2, Vincent A. S. Rumahloine Don't Call Me Hero Soegeng Soejono Video Still, Hilmy Pratama Excessive Yet Overwhelming Methods to Present Art Object Side A, 2019 Crate, Oil on Canvas Painting, PVC Hilmy Pratama Excessive Yet Overwhelming Methods to Present Art Object Side B, Crate, Oil on Canvas Painting, PVC, Mixed Media Audya Amalia His Mom Told Him To ... Installation View, 2019 Audya Amalia His Mom Told him to ..., 2019 Crocheted Copper, Pinewood, Sound Moch Hasrul In The Midst of Chaos, There is Also Bibibtulit Installation View 1, 2018 Plastic Toy Tank, Iron, Home Speakers, Electrical Components Moch Hasrul In The midst of Chaos, There is Also Bibitulit Detail 3, 2018 Tank Plastic and Horn Speaker Toys, Iron Barrel, Arduino Haqiqy Zahwa Hawary La preparation Du Tour De France "Conditioning and Training Program", 2018 Video Haqiqy Zahwa Hawary La preparation Du Tour De France "Conditioning and Training Program" Video Still 2, 2018 Video Haqiqy Zahwa Hawary La preparation Du Tour De France "Conditioning and Training Program" Video Still 3, Video Susilo Nofriadi Luruh , 2017 H2O2, Caustic Soda, NaOH, C-Print, Acrylic Sheet, 494 x 15 Susilo Nofriadi Luruh Installation View, 2017 Egga Jaya Prasetya Nothing is Particular Now Detail View 1, Egga Jaya Prasetya Nothing is Particular Now Detail View 2, Egga Jaya Prasetya Nothing is Particular Now Installation View , Putra Wali Aco Pulau Celebes Menangis, 2018 Silkscreen on PVC, Video Projection Sandi Jaya Saputra Space and Power, 2019 C-Print, Video Bandu Darmawan Tak Kenal Maka Tak Apa, 2019 Video Projection, Kinetic Installation Bandu Darmawan Tak Kenal maka Tak Apa Detail View, 2019 Video Projection, Kinetic Installation Azizi Al Majid The Sixth Bandung Contemporary Art Award Installation View ,ALEXANDRUJAKABHĂZI - About - transylvanian abstract art. SOLO EXHIBITIONS . 2017 - Budapest (HU) - ByArt Galeria ,2017 - Szeged (HU) - Rajztanszek Fischer Galeria , 2016 - Timisoara (RO) - Galeria Pygmalion , 2012 - BucureĹti (RO) - Galeria 030202-Frontiere ale vizibilului, 2012 Miercurea Ciuc (RO) Galeria PAG, 2012 Szeged (HU)Szeged University, 2011 Galeria Atelier 202 Apoldu de Sus ,2010 Cite this Email this Add to favourites Download formats Catalogue Persistent Identifier APA Citation ArtSociates Organization. 2011. Bandung contemporary art awards BaCAA. Bandung ArtSociates MLA Citation ArtSociates Organization. Bandung contemporary art awards BaCAA ArtSociates Bandung 2011 Australian/Harvard Citation ArtSociates Organization. 2011, Bandung contemporary art awards BaCAA ArtSociates Bandung Wikipedia Citation {{Citation title=Bandung contemporary art awards BaCAA author1=ArtSociates Organization year=2011 publisher=ArtSociates language=Indonesian }} You must be logged in to Tag Records Bandung contemporary art awards BaCAA Bib ID 5154359 Format Book Description Bandung ArtSociates, 2011 155 p. col. ill. ; 30 cm. ISBN 9786029620122 Notes Indonesian and English. Subjects Arts, Indonesian. Art - Awards - Indonesia. Other authors/contributors ArtSociates Organization Get this Comments 0 Librarian's View Copyright Status Online In the Library Request this item to view in the Library's reading rooms using your library card. To learn more about how to request items watch this short online video . Order a copy TheHuman Expression (T.H.E) Dance Company was founded in 2008 by Artistic Director Kuik Swee Boon. Rooted firmly in Singapore yet universal in its perspective, T.H.E's contemporary dance works reveal the body as a medium for exploring and celebrating the human condition. Dance artists at T.H.E are immersed in the Company's signature Carla Bianpoen and Stevie Emilia The Jakarta Post Jakarta â Thu, December 21, 2017 2017-12-21 0958 2000 1f87594453bb792833e1ece3a2e6eecd 4 Art & Culture art-and-culture,Art-Jakarta-2017,biennale,Biennale-Jogja,Jakarta-Biennale,Europalia-Arts-Festival,Art-Stage-Jakarta-2017 Free Undeterred by continuing commercial quiet in the art world, Indonesiaâs artists and enthusiasts go the extra mile, infusing the art scene with astounding creative energy. INTERNATIONAL EXHIBITIONS A selected number of artists have been busy creating works based on colonial history for the 2017 Europalia Arts Festival, an international biannual arts and culture festival in Europe, which this year took Indonesia as its focus country. At the four-month festival, which runs until Jan. 21 next year, Indonesia aims to showcase the countryâs diversity by presenting nearly 250 programs. Read also First exhibition for Indonesian comics history held in Brussels Meanwhile, a number of artists took part in the exhibition âSunshower Contemporary Art from Southeast Asia 1980s to Now,â held at the Mori Museum and the National Art Center in Tokyo, which is now on its way to Fukuoka. While it is not immediately known how many other international events have included Indonesian artists, it seems there was a huge amount of creative energy on the move. Given the abovementioned successes, the outlook for next year is fairly optimistic. KALIJODO Artist Teguh Osentrik poses in front of his art installation made with four slabs of berlin wall in Kalijodo Park, North Jakarta, Tuesday, September 26, 2017. The installation titled JP/Seto Wardhana Veteran artist Teguh Ostenrik wowed the public by setting up four authentic sections of the Berlin wall in his thrilling art installation, titled Patung Menembus Batas Sculpture that Breaks Boundaries at the Kalijodo child friendly integrated public space in Jakarta, which the artist created in memory of the Berlin Wall, and which he related to current situations at home. Read also Teguh Ostenrikâs Berlin Wall in Jakarta Art to overcome divisive powers The artist waited for 27 years before finally making the project a reality in Jakarta. The wall was the defining symbol of the Cold War that divided East Berlin and its Western parts and Europe from 1961 to 1989. Teguh himself lived near the wall for over 10 years. âI saw the perilous impact of the wall in Berlin, the dramatic and fatal impact [the wall] had on human lives and I felt signs of similar trends had already reached my country back then.â YOUNG TALENT Youthful force A visitor poses with Ronald Apriyamâs paintings at Art Jakarta 2017 at Pacific Place in Jakarta. The arts fair, previously known as Bazaar Art, showcased a wide range of works by young artists and positioned itself as the peopleâs arts fair. JP/Carla Bianpoen The rise of young talent could easily be seen this year at Art Jakarta formerly Bazaar Art, where upcoming artists from various parts of Indonesia revealed a surprising creativity in work and thought. Great artistic talent was also revealed in the fifth edition of the Bandung Contemporary Art Awards BaCAA held for artists under 40, showing an ever advancing number of excellence in works with creative concepts including social matters, scientific knowledge and humane sensitivity. Read also Hereâs what you shouldnât miss at 2017 Art Jakarta Worth mentioning is the publication of LipLap, a book on 35 Bandung artists under 35, which was conceptualized by young artists in cooperation with artist-led Gerilya Gallery and Omnispace, and supported by Melbourne-based collector Konfir Kaboâs Project 11, which is described as âa giving initiative which seeks to support artists and projects that make an imprint on their field.â There was also the âBandung Re-Emergenceâ exhibition at the Selasar Sunaryo gallery, which challenged artists of the previous âBandung New-Emergenceâ to review their works with todayâs interpretation. ART STAGE JAKARTA The surge of creative energy in Indonesiaâs art world, especially in the second half of the year, was marked by, among other things, the launch of the ALEQS, an art award founded by Art Stage Jakarta, which was in its second iteration this year. JP/Carla Bianpoen The surge of creative energy in Indonesiaâs art world, especially in the second half of the year, was marked by, among other things, the launch of the ALEQS, an art award founded by Art Stage Jakarta, which was in its second iteration this year. Encompassing the entire art ecosystem, this first-ever award was handed to the best in 13 separate categories displaying Authenticity, Leadership, Excellence, Quality and Seriousness in art. The awards included Best Collector, Best Curator, Best Artist, Best Gallery, Best Gallerist, Best Young Curator, Best Young Gallery and Best Senior Collectors. The Best Collector award was won by businessman Haryanto Adikoesoemo, whose collection encompasses local and international artworks and who is also the owner of the newly opened Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara Museum MACAN. Other winners were long-durational performance artist Melati Suryodarmo, who is also this yearâs director of the Jakarta Biennale; Enin Supriyanto, who won the Best Curator award; ROH Projects, which received both the Best Gallery and Best Young Gallery awards; and the Indonesian Visual Art Archive IVAA, which collected the award for Best Art Institution. Life Achievement Awards were also given to senior curator Jim Supangkat, senior artist Sunaryo and senior collector Ciputra. The Bhinneka Award recognized the work of the Jatiwangi Art Factory arts community in West Java, which focuses on researching the lives of people in the area through art. MUSEUM MACAN Melt triptych, 2008 by Entang Wiharso Museum MACAN collection/File Another excitement in Indonesiaâs art scene this year came when the long-awaited Museum MACAN in West Jakarta opened its doors to the public on Nov. 3. Prior to the vernissage, the museum organized contemporary art performances by renowned artists from Indonesia and abroad, acknowledging performance art as a contemporary art form. At its inaugural exhibition, titled âArt Turns. World Turns,â the museum, which is the countryâs first museum dedicated to modern and contemporary art, displays 90 out of the ownerâs some 900 art works, both Indonesian and international pieces, which have been amassed over a 25-year period. The museumâs director Aaron Seeto praised Haryanto as a unique collector because his collection is of great strength, quality and artistic resource. âAnd when other [collectors] have been singularly focused on Indonesia, his collection has, from its inception, been both locally and internationally focused,â said Seeto. The exhibition, which is up and running until March 18 next year, correlates either issue-wise or time-wise, denoting a conceptual vision that fits the spirit of our time. BIENNALES Tribute to ancestors Balinese artist Ni Tanjungâs artwork depicting gods, ancestors and mythological animals sits on display at the Jakarta Biennale. JP/Carla Bianpoen Equally exciting was that Indonesia hosted three biennales â the Jogja Biennale, the Makassar Biennale in South Sulawesi and the Jakarta Biennale â from November to December this year. The Jakarta Biennale showcased its groundbreaking inventions and excelled in presenting a new understanding of contemporary art in Indonesia. For the first time, the biennale appointed a woman, Melati Suryodarmo, as its artistic director. The theme Jiwa Soul for the biennale can be understood the all-encompassing energy and creative spirit flowing from the past or the memory of it, to the present time and on toward new visions. Jiwa opened with a traditional ceremony performed by bissu â the androgynous shaman community from South Sulawesi, included works of Balinese outsider art, and revived works from senior artists of the past and present, such as Semsar Siagian, Hendrawan Ryanto, Siti Adiati and Marintan Sirait. The biennale also included famous international artists and presented 27 performances the most ever in a biennale as well as new and existing video works by strong female filmmakers from Argentina, Indonesia, the Philippines and Mexico. The Jogja Biennale continued its Equator series, now in its fourth edition, this time cooperating with Brazil, with the main theme âStage of Hopelessness,â presenting the works of 12 Brazilian artists and 25 Indonesian artists. The Makassar Biennale marked its second edition this year, taking âMaritime Cultureâ as its artistic concept, with participating artists including a Taiwanese artist, who explored similarities between certain features of Makassar, historically renowned for its strategic location during the spice trade period, and his homeland. + view more Itwas one of her works featured at Bandung Contemporary Art Awards in 2017. Press. Suwito started gaining worldwide recognition when her work Knitting Noodles (2014) was featured in an article by CNA in 2016. In 2017, Suwito was featured in an article on Lianhe Wanbao. She also SENI â The Bandung Contemporary Art Awards BaCAA, Penganugerahan seni yang bertujuan untuk merangsang perkembangan seni rupa kontemporer di Indonesia dan berupaya meningkatkan partisipasi para peraih anugerah seni ini dalam kancah seni rupa Internasional. Penghargaan ini ditujukan bagi seniman muda berbakat yang aktif memamerkan karya seninya baik itu di galeri seni, ruang publik, atau ruang-Âruang seni baru dengan program yang jelas dan baik. BaCAA 01, 02, 03, 4 telah sukses diselenggarakan dan memberikan sorotan yang lebih besar bagi para seniman muda yang terpilih sebagai finalis. Peraih BaCAA sebelumnya telah menerima hadiah berupa uang tunai dan sebagian lainnya mendapatkan kesempatan untuk melakukan residensi seniman/kunjungan seni guna memperoleh pengalaman di lingkungan baru sebagai bagian dari penghargaan yang mereka terima, dan memperkaya perjalanan artistik mereka. Sebuah kolaborasi dengan Centre Intermondes, La Rochelle, Perancis telah mengawali program pertukaran residensi ini, yang berhasil mengirimkan seniman-Ââseniman dengan karya terbaik BaCAA sebelumnya untuk mengikuti program residensi selama tiga 3 bulan disana. ArtSociates dan Lawangwangi Creative Art Space kini dengan bangga mengumumkan pelaksanaan BaCAA 05 yang akan diselenggarakan kembali pada 2017, sesuai rencana penyelenggaraannya 2dua tahun sekali yang diputuskan pada BaCAA4. Anugerah ini akan dilaksanakan pada Oktober 2017, berupa pemberian anugerah dan pameran karya-Ââkarya seni yang terpilih sebagai finalis. Anugerah seni ditetapkan untuk diberikan kepada seniman-Ââseniman muda Indonesia. Penghargaan ini diharapkan dapat membantu proses kekaryaan dan pengembangan karya seni rupa kontemporer Indonesia, dan memberikan peluang untuk berpartisipasi dan bersaing di tingkat internasional melalui kesempatan program residensi. Pemenang dan Penghargaan Pemenang BaCAA 05 akan diumumkan pada 5 Oktober 2017. Pemenang kali ini akan diberikan hanya kepada tiga 3 karya seniman terbaik; Satu seniman terbaik akan mendapatkan uang tunai sebesar Rp. seratus juta rupiah, lalu satu seniman terbaik akan mendapatkan satu 1 kesempatan program residensi ke luar negeri selama 3 tiga bulan, dan satu seniman terbaik lainnya mendapatkan kesempatan Art Trip. Hadiah program residensi seniman ini mencakup biaya tiket pesawat pulang-Ââpergi, penginapan, biaya hidup, biaya material produksi kekaryaan dalam jumlah yang masuk akal, dan biaya untuk pameran tunggal sebagai hasil akhir program residensi. Hadiah program Art Trip mencakup biaya tiket pesawat pulang-Âpergi, akomodasi 1 minggu, dan uang saku sebesar 1000 USD. Persyaratan Seniman muda Indonesia Individual/Kelompok yang aktif berkarya sebagai perupa. Usia maksimal seniman 40 tahun Desember 2017. Mempunyai pengalaman berpameran baik itu kelompok/tunggal dalam tiga 3 tahun terakhir. Memenuhi persyaratan aplikasi pendaftaran berupa isian formulir yang disediakan, lampiran Foto/Video karya seni yang diikutsertakan, konsep karya, foto diri, profil singkat & CV seniman. Menyetujui tahapan dan aturan main penganugerahan seni BaCAA5 yang berlaku. Tema Tidak ada spesifik tema untuk anugerah ini, konsep berkarya setiap seniman cukup longgar, tapi target kekaryaan yang terpilih adalah karya yang mempunyai ide, konsep/deskripsi , produksi karya yang baik dan berkaitan sangat kuat antara konsep dan hasil akhir kekaryaannya. Prosedur dan Peraturan Karya-Âkarya seni yang dikirimkan dinilai oleh sang seniman atau kelompok seni peserta sebagai karya-Âkarya seni terbaik yang dibuat dalam dua tahun terakhir sebelum pengumuman anugerah ini. Dalam hal anugerah yang kelima ini, karya-Âkarya seni tersebut haruslah minimal dibuat pada 2015/2016 Februari 2017. Karya-Ââkarya seni ini dimiliki oleh sang seniman atau kelompok seniman dan bersedia untuk di jual. Setiap seniman atau kelompok diizinkan mengirimkan paling banyak satu 1 karya. Setiap karya dua dimensi, ukurannya tidak melebihi 6m2 dimensi maksimalnya, misalnya, 2mx3m; 1,2mx5m; 4mx1,5m Setiap karya tiga dimensi, tingginya tidak melebihi 3m, sementara lebar x dalamnya tak melebihi 3m2 contoh dimensi maksimumnya misalnya 3mx2mx1m; 3mx2mx1,5m Durasi setiap karya video tak melebihi 10 menit. Setiap karya dengan Instalasi Seni maupun peruntukan di ruang publik juga dapat diikutsertakan, dengan syarat ukuran maksimum tidak lebih dari 3 m 3 m x 3 m x 3 m Setiap karya harus di kemas dalam peti yang aman untuk keselamatan pengirimannya. Dengan mengirimkan karya ke kompetisi ini, sang seniman menyatakan setuju dengan peraturan anugerah ini. Untuk mengikuti proses praseleksi kompetisi ini, seniman harus melakukan registrasi onlline dengan membayar biaya pendaftaran sebesar Rp. dan Rp. seniman, lalu melengkapi kelengkapan persyaratan aplikasi keikutsertaan. Aplikasi karya hanya dilakukan secara online pada website dengan mengikuti tahapan pengisian formulir registrasi, dan melampirkan persyaratannya pada folder aplikasi yang telah disediakan di website tersebut. Khusus untuk keterangan foto karya, harap diberikan keterangan foto âNama-Âseniman+judul-Âkarya+tahun+medium+ukuran tinggixlebar atau tinggixlebarxdalamâ, contoh Nurhayati_Memorabilia1_Instalasi Media Campur_ 2014_2mx1mx20cm, apabila karya video perlu ditambahkan lampiran foto/still image dari karya video tersebut dengan keterangan karya contoh Asep Jaya_familyportrait_video_2menit_edisi1dari3_2016. Deskripsi atau gambaran singkat karya tak boleh lebih daripada 300 kata, mengacu pada konsep yang menggerakkan sang seniman untuk membuat karya tersebut. Dengan berdasarkan foto dan portofolio seniman, Dewan Juri akan memilih sebanyak-Ââbanyaknya tigapuluh 30 peserta yang akan masuk pada tahap Semi-ÂâFinalis dan meminta mereka mengirimkan karya mereka kepada penyelenggara untuk penjurian tahap penyeleksian Finalis. Tenggat Pendaftaran dan Pengajuan Karya Registrasi awal dapat dilakukan selambat-Âlambatnya pada 26 Mei 2017 untuk kemudian dapat melakukan tahap selanjutnya untuk aplikasi foto karya seni, deskripsi singkat karya, dan portofolio seniman yang harus sudah dilampirkan pada website selambat-Ââlambatnya 12 Agustus 2017. Sebanyak-Âbanyaknya tigapuluh 30 karya seni terpilih harus telah diterima oleh penyelenggara paling lambat 12 September 2017 Juri Anggota Dewan Juri kompetisi ini akan bertindak sebagai anggota juri terpilih setiap tahunnya. Untuk mendorong perkembangan anugerah seni ini dan menjadi bagian dari peristiwa seni internasional, Dewan Juri berikutnya akan dibentuk dengan mempertimbangkan rekomendasi dari Dewan Juri sebelumnya. Anggota Dewan Juri kali kelima ini adalah Agung Hujatnikajennong Kurator Seni Carla Bianpoen Jurnalis Seni Susan Baik Pemilik Galeri BAIK ART, LA, USA Valentine Willie founder VWFA, Creative Director Ilham Gallery KL Malaysia Wiyu Wahono Kolektor Seni Pengumuman dan Pameran Pengumuman hasil seleksi 15 karya seni akan diterbitkan di akun media sosial resmi BaCAA5, media cetak dan online, dengan pemberitahuan kepada sang seniman selambat-Ââlambatnya 31 Agustus 2017; nama pemenang akan tetap dirahasiakan dan diumumkan saat pembukaan pameran. Ke-Â15 karya seni yang terpilih akan dipamerkan di Lawangwangi Creative Space, Bandung, pada 5 Oktober â 5 November 2017. Penjualan & Lelang Karya Ke-Â15 karya seni akan dijual dengan sistem Lelang tertutup dimana calon pembeli atau kolektor akan memberikan harga pada setiap karya yang ingin dibelinya sesuai harga kisaran yang telah ditentukan. Kisaran harga karya diketahui dan disepakati sebelumnya oleh finalis. Setiap finalis akan diberikan surat kontrak kerjasama selama paling sedikit satu 1 tahun. Bagi hasil seniman dan penyelanggara sebesar 50 50, dimana seniman mendapatkan 50% dari hasil penjualan melalui lelang dan penyelenggara mendapatkan 50% yang akan dimasukkan dalam dana sumbangan endowment fund yang didedikasikan untuk penyelenggaraan dan keberlanjutan BaCAA selanjutnya. ArtSociates Lawangwangi Creative Space Jl. Dago Giri 99, Warung Caringin Mekarwangi, Bandung, 40391 Indonesia Mobile +62 85 95 65 72344 FB fanpage Bandung Contemporary Art Awards Instagram ba_caa Twitter bacaa_ Youtube Bandung Contemporary Art Awards KarawangInnovation City is located on strategic green field land within West Java in proximity to the future proposed Jakarta Bandung High Speed Rail project which will greatly increase regional connectivity within Java, Indonesia.With a focus on the initial Phase One development of 210 hectares, the Karawang Innovation City Master Plan is positioned as contemporary and sustainable Industrial Bandung Contemporary Art Awards, atau disingkat âBaCAAâ, diadakan untuk kelima kalinya di Lawangwangi Creative Space, Jl. Dago Giri Mekarwangi wilayah Lembang di Bandung. Sebulan lamanya, dari tanggal 5 Oktober hingga 5 November 2017, mempersembahkan karya dari 15 finalis dimana tiga diantaranya dinobatkan karya terbaik. Acara award ini diadakan selama sebulan lamanya, dari tanggal 5 Oktober hingga 5 November 2017. BaCAA adalah ajang kompetisi yang digagaskan oleh Dr. Andonowati, selaku direktur ArtSociates di bawah Yayasan AB, untuk merangsang perkembangan seni rupa kontemporer di Indonesia dan berupaya meningkatkan partisipasi para peraih penghargaan seni dalam kancah Internasional. Dalam proses pemilihan, BaCAA mengundang seluruh seniman di Indonesia dibawah umur 40 tahun untuk berpartisipasi. Respon yang didapat pun positif, dari semenjak pertengahan Februari 2017, ada 400 peserta yang ikut submisi. Kemudian dari 400 peserta hanya 15 finalis yang lolos melalui beberapa tahap penjurian. Dewan Juri BaCAA 5 terdiri dari kurator seni Agung Hujatnikajennong, jurnalis seni Carla Bianpoen, kolektor seni Wiyu Wahono serta dua orang juri internasional, yaitu galeris asal LA, Susan Baik dan galeris asal Kuala Lumpur, Valentine Willie. Ratu Rizkitasari Saraswati. âWithin Walking Distanceâ Restu Taufik Akbar. âINMaterial Truth Happiness Lies In Prespectiveâ Ricky Janitra. âWorld Wide Web Wasteâ Kelvin Atmadibrata. âDeepthroatâ Tara Astari Kasenda.âSolarisâ Geugeut Pangestu Sukandawinata. âDi Dalam Kelambu Tertutupâ Sarita Ibnoe.âMengiras Membenahiâ Rendy Raka Pramudya.âBentuk Waktu Dalam Penciptaanâ Andrita Yuniza Orbandi. âMenuju Kebenaran Nisbiâ Muhammad Sabil Hibatulwafi. âSesuatu Di Antara Kerumunan Masyarakatâ Yovista Ahtajida. âUstartz Konsultasi Seputar SyariâArtâ Abshar Platisza. âDeram Presensi Subtilâ Kelima belas peserta tersebut adalah Abshar Platisza, Andrita Yuniza Orbandi, Cynthia Delaney Suwito, Deni Ramdani, Etza Meisyara, Geugeut Pangestu Sukandawinata, Kelvin Atmadibrata, Mohamad Sabil Hibatulwafi, Ratu Rizkitasari Saraswati, Rendy Raka Pramudya, Restu Taufik Akbar, Ricky Janitra, Sarita Ibnoe, Tara Astari Kasenda, dan Yovista Ahtajida. Dan untuk Gelar 3 karya terbaik BaCAA5 diraih oleh Deni Ramdani, Cynthia Delaney Suwito dan Etza Meisyara. Selain itu, ada Special Mention Award yang diraih oleh Ricky Janitra. Para Menenang Bandung Art Contemporary Awards 5 Deni Ramdani meraih penghargaan berupa uang tunai sebesar Rp. lewat karyanya âO°â. Secara simbolis, karyanya menceritakan kerusakan lingkungan yang terjadi di sebagian bentang alam Bandung utara. Deni Ramdani. âO°â Deni menggantung kantung plastik besar berisi air dan ikan hias di atas gundukan tanah yang dibentuk menyerupai kontur tanah Bandung. Ia melubangi kantung plastik tersebut dengan jarum sehingga air sedikit demi sedikit menetes dan membasahi tanah di bawahnya. Perbandingan yang kontras antara kepelikan isu lingkungan dengan kesederhanaan tampilanâO°â menjadikan karya ini layak untuk menjadi salah satu pemenang. Peraih penghargaan art trip ke pusat seni dunia, Cynthia Delaney Suwito, juga menghadirkan isu ekologi dalam lingkup yang lebih global lewat cara yang sederhana. Berangkat dari sebuah spekulasi bahwa dengan menahan napas maka kita dapat menyumbangkan oksigen bagi orang lain, Cynthia ingin mengajak pemirsa untuk memikirkan kembali betapa berharganya oksigen bagi kehidupan kita. Cynthia Delaney Suwito. âHolding Breathâ Dengan pendekatan relasional, Cynthia mengajak pemirsa untuk menahan napas selama mungkin menggunakan website. Ia kemudian mencatat waktu tersebut, membaginya dengan angka perkiraan jumlah manusia di bumi, dan mendapatkan angka hasil akhirnya dalam satuan nanodetik. Catatan tersebut ia jejerkan sebagai bagian dari karya âHolding Breathâ. Etza Meisyara dengan karyanya âHow Does It Feel? To Be A Refugeeâ berhasil memenangkan kesempatan residensi di Centre Intermondes, La Rochelle, Perancis. Secara liris, Etza menuliskan sebuah komposisi musikal sebagai catatan akan percakapan-percakapannya dengan para pengungsi di Munich, Jerman. Pertemuan ini, baginya hanyalah sebagian kecil dari refleksi persoalan yang lebih besar mengenai mobilitas manusia di masa sekarang. Etza Meisyara. âHow Does It Feel? To Be A Refugeeâ Komposisi ini juga hadir dalam bentuk alat-alat makan yang dibentuk sebagai not balok pada lembaran besi, layaknya partitur raksasa dan mengeluarkan suara musik melalui speaker yang ditanam didalamnya. Bagi Etza, alat makan adalah simbol kehangatan dan kekeluargaan yang ia temukan dalam hubungan antar manusia. Semenjak diadakannya BaCAA pertama di tahun 2011, terdapat peningkatan keberagaman dalam eksplorasi metode, tematik maupun medium yang dipilih oleh para seniman. Perkembangan ini menunjukkan sebuah tren yang baik, di mana seniman muda Indonesia semakin membuka cakrawala mereka akan proses kreasi di luar cara-cara yang konvensional, memungkinkan para seniman untuk terus berinovasi dalam menampilkan karyanya. Selain itu, semakin banyaknya isu-isu aktual seperti sosial, politik, dan lingkungan yang diangkat oleh para seniman mempertegas seni sebagai ruang dialog yang dinamis. Aboutthe Author(s) Bonnie G. Smith is Board of Governors Distinguished Professor of History Emerita at Rutgers University. She is the author of several books, including Women's Studies: The Basics (2013) and Europe in the Contemporary World: 1900 to Present: A Narrative History with Documents (2007).She is also the coauthor, along with Lynn Hunt and Thomas R. Martin, of The Making of the West